Cara membuat novel
Bagaimana cara menulis dengan baik, efisien dan efektif? Ada banyak cara yang dapat digunakan seorang untuk bisa menulis. Setiap orang berbeda-beda. Namun pada prinsipnya dapat dibagi dalam 5 tahap kegiatan. Anda dapat mengikuti tahapan-tahapan ini, yang dapat berlaku untuk penulisan fiksi ataupun non-fiksi.
1. Tahap pertama adalah menentukan tema atau topik atau ide utama yang akan Anda tulis. Anda sebaiknya menulis dalam bidang yang Anda kuasai. Alternatif lain adalah Anda dapat menulis bidang yang Anda kuasai. Jika sedang menulis fiksi Anda dapat menulis genre yang Anda sukai. Keuntungan apabila Anda menulis hal
yang Anda sukai, Anda akan lebih enjoy dan lebih serius dalam menulis naskah tersebut. Sebenarnya Anda tidak dilarang untuk menulis di luar bidang yang Anda kuasai, tetapi Anda akan jauh lebih mudah menulis bidang yang Anda kuasai, dan pada akhirnya buku Anda akan jauh lebih cepat terbitnya. Baca juga artikel Mencari Ide, yang akan membantu Anda untuk mencari ide utama tulisan Anda.
2. Tahap kedua adalah melakukan riset.
Lakukanlah semua hal yang diperlukan untuk mendapatkan data yang Anda inginkan, dengan membaca, mencatat, observasi, mengkliping. Kumpulkan semua data dalam satu tempat. Sebaiknya Anda menggunakan jurnal. Organisasikan dengan rapi, agar dapat mudah dicari apabila diperlukan. Anda harus memasikan bahwa data yang Anda
miliki valid dan akurat, sehingga apa yang Anda tulis dapat dipertanggung jawabkan. Apabila Anda menulis novel, dengan setting dan karakter yang sudah Anda riset, Anda memiliki karakter yang seakan-akan nyata.
3. Tahap ketiga adalah membuat kerangka atau outline dengan memilih topik atau ide mana yang akan Anda gunakan.
Beberapa penulis fiksi melewatkan tahap ini, atau cukup dengan membuat kerangka di luar kepala, mereka langsung
menulis apa yang ada di kepalanya. Namun tidak semua orang bisa menulis dengan cara ini. Sebaiknya Anda tetap
membuat kerangka atau outline ini supaya tulisan atau cerita Anda memiliki konsistensi dan alur yang baik. Anda akan
dengan mudah melihat alur tulisan dengan hanya membaca kerangka.
4. Tahap keempat, tentu saja Anda harus menulis.
Carilah waktu untuk menulis. Kadang Anda akan banyak mengalami hambatan untuk menulis. Anda harus mengatasi hambatan ini, sehingga tulisan Anda selesai dalam waktu yang sudah ditentukan.
5. Tahap terakhir adalah membaca kembali tulisan Anda.
Jangan langsung mengirimkannya ke penerbit. Simpan terlebih dahulu beberapa waktu dan baca kembali. Anda akan terkejut sewaktu membaca sediri tulisan Anda. Revisi kembali apabila terdapat kesalahan, termasuk kesalahan ketik,gramatika, tata bahasa. Jangan segan untuk menulis ulang dengan ide baru yang lebih segar. Pastikan bahwa yang Anda kirimkan adalah yang terbaik, karena Anda akan dinilai berdasar pada apa yang Anda kirimkan.
oleh Didik Wijaya
Sebenarnya, tidak ada rumusan yang
baku mengenai apa itu cerpen. Kalangan sasterawan memiliki rumusan yang tidak
sama. H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia- mengatakan bahwa yang disebut
cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut
cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang
dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan
adanya satu kesan. Sedangkan Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah
satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa
pendek. Dan masih banyak sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan
tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain.
Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek atau yang
biasa disingkat cerpen adalah cerita rekaan yang pendek.
Dari beberapa buku dan uraian yang
layak dijadikan pedoman, tampaknya pendapat pakar cerita pendek dunia, Edgar
Allan Poe, sangat cocok menjadi panduan- karena secara teoritis ia memenuhi
kriteria ilmiah, tetapi secara praktis ia dapat diaplikasikan. Pendapat yang dirinci
Muhammad Diponegoro dalam bukunya Yuk, Nulis Cerpen Yuk disederhanakan sebagai
berikut:
Pertama, cerita pendek harus pendek. Seberapa pendeknya? Sebatas
rampung baca sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre
karcis bioskop. Disamping itu ia juga harus memberi kesan secara terus-menerus
hingga kalimat terakhir, berarti cerita pendek harus ketat, tidak mengobral
detail, dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan
cerita atau menampilkan problem.
Kedua, cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek
tunggal dan unik. Menurut Poe ketunggalan pikiran dan aksi bisa dikembangkan
lewat satu garis dari awal sampai akhir. Di dalam cerita pendek tak
dimungkinkan terjadi aneka peristiwa digresi.
Ketiga, cerita pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus
mengarus pada pada satu efek saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh sebab
itu ekonomisasi kata dan kalimat – sebagai salah satu ketrampilan yang dituntut
bagi seorang cerpenis.
Keempat, cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa
ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan. Itulah sebabnya
dibutuhkan suatu ketrampilan khusus, adanya konsistensi dari sikap dan gerak
tokoh, bahwa mereka benar-benar hidup, sebagaimana manusia yang hidup.
Kelima, cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak
lagi mengusik dan menggoda, karena ceritanya seperti masih berlanjut. Kesan
selesai itu benar-benar meyakinkan pembaca, bahwa cerita itu telah tamat,
sampai titik akhirnya, tidak ada jalan lain lagi, cerita benar-benar rampung
berhenti di situ.
Rumusan Poe inilah –saya sepakat
dengan Korrie Layun Rampan- sesungguhnya yang cukup bisa mewakili pengertian
cerita pendek secara umum.
II. Karakteristik Cerpen
Gambaran umum karakteristik cerpen bisa
ditangkap dalam rumusan Edgar Alan Poe, di atas. Untuk mempertegas perbedaan
cerpen dengan novel, Ismail Marahimin, dalam Menulis Secara Populer menjelaskan
bahwa cerpen memang harus pendek dan singkat. Sedangkan cerita rekaan yang
panjang adalah novel. Apa ukuran panjang-pendek suatu cerpen itu? Jumlah
halamannyakah? Jumlah kata-katanyakah? Menjawab hal ini, rumusan Poe cukup
menjelaskan. Meskipun ada yang berpendapat jumlah katanya tidak lebih dari
10.000 kata (The Liang Gie). Ada yang membatasi jumlah katanya antara 500 –
30.000 kata (Helvy Tiana Rosa).
Yang jelas, karakteristik utama
cerpen adalah pendek dan singkat. Di dalam cerita yang singkat itu, tentu saja
tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi hanya
seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang paling banyak. Itu pun tidak
seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita.
Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itu pun hanya satu. Konfliknya pun
hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ.
Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.
Karena pendeknya, kita biasanya
tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita. Tidak ada cabang-cabang
cerita. Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke
pelbagai hal dan masalah. Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau
tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan
nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita berakhir. Dan ketika konfik
yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan
kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu.
Dan karena jumlah tokoh terbatas,
peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu lama, kata-kata yang
dipakai harus hemat, tepat dan padat, maka –diatara karakteristik cerpen-
tempat kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 tempat saja.
Perlu ditegaskan bahwa cerpen bukan
penggalan sebuah novel. BUKAN PULA sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu
adalah sebuah cerita rekaan yang lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus
tidak ada tambahan lain. Cerpen adalah sebuah genre atau jenis, yang berbeda
dengan novel.
Namun demikian, sebuah cerpen
meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik, atau dalam bahasa The
Liang Gie konflik dramatik, yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik
benturan itu terlihat nyata ataupun tersamarkan. Sebab inilah inti suatu
cerpen.
III. Unsur-Unsur Dalam
Sebuah Cerpen
1. Tema Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan
dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan
tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama
sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita;
dasar tolak untuk bercerita.
Tidak mungkin sebuah cerita tidak
mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada
para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah masalah kehidupan, komentar
pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan
luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan
final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan
akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya
Secara tradisional, tema itu bisa
dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti: 1. Kejahatan pada akhirnya akan
dikalahkan oleh kebaikan. 2. Persahabatan sejati adalah setia dalam suka dan
duka. 3. Cinta adalah energi kehidupan, karena itu cinta dapat mengatasi segala
kesulitan. Dan lain sebagainya.
Cerpen yang
baik dan besar biasanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks. Namun,
selalu punya pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya
dalam cerita itu. Misalnya cerpen “Salju Kapas Putih” karya Satyagraha Hoerip.
Cerpen ini melukiskan pengalaman “aku” di negeri asing dengan baik sekali,
tetapi secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral. Tokoh “aku” dapat
bertahan dari godaan berbuat serong karena pertimbangan moral.
2. Alur atau
Plot Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk
mencapai efek tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara
orang menganggap plot adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot adalah
suatu permufakatan atau rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu. Rancangan
tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai
yang diinginkan itulah plot.
Atau, secara
lebih gamblang plot adalah –menurut Aswendo Atmowiloto- sebab-akibat yang
membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.
Semua
peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum
sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi
menghubungkan semua peristiwa. Sehingga Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk Cerita
Pendek menjelaskan tentang plot dengan mengatakan, “Contoh populer menerangkan
arti plot adalah begini: Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati
karena sakit hati, adalah plot.”
Dalam cerpen
biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian ditiadakan jalan
cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami. Adapun jenis plot
bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
- Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
- Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
- Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun jika
kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan
cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
- Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
- Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.
- Campuran keduanya.
3.
Penokohan Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh
harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam
cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil
tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang
didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia
sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada
dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat
batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan
berbagai cara, diantaranya melalui:
- Tindakan, ucapan dan pikirannya
- Tempat tokoh tersebut berada
- Benda-benda di sekitar tokoh
- Kesan tokoh lain terhadap dirinya
- Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
4. Latar
atau Settingyaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan
suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk
menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan teman dan
plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.
Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan
tema dan plot. Cerpen saya, Bayi-bayi Tertawa yang mengambil setting khas
Palestina, dengan watak, budaya, emosi, kondisi geografi yang sangat khas
Palestina tentu akan menjadi lucu jika settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas
bahwa setting akan sangat menentukan watak dan karakter tokoh.
5. Sudut
Pandangan TokohDiantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun
cerita pendek adlaah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut
pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan
tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik
bercerita.
Sudut
pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
- Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
- Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya.
- Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik menggunakan teknik ini.
- Sudut pandangan yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.
IV. Anatomi
Cerita Pendek
Setelah
mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur yang wajib
ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya Anda sudah sangat siap untuk
menciptakan sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya anda mengetahui
anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita. Umumnya anatomi cerpen,
apapun temanya, di manapun settingnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya,
dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi sebagai berikut:
- Situasi (pengarang membuka cerita)
- Peristiwa-peristiwa terjadi
- Peristiwa-peristiwa memuncak
- Klimaks
- Anti Klimaks
Atau,
komposisi cerpen, sebagaimana ditandaskan H.B.Jassin dapat dikatakan sebagai
berikut:
- Perkenalan
- Pertikaian
- Penyelesaian
Cerpen yang
baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang seimbang. Kelemahan
utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur cerita ini. Helvy Tiana Rosa
selama menjadi pimred Annida dan melihat kelemahan mereka itu dan berkomentar,
“Cerpenis-cerpenis
pemula biasanya kurang memperhatikan proporsionalitas struktur cerita. Banyak
di antara mereka yang berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya.
Mereka menceritakan semua, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan
atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu sampai dua halaman
pertama karya mereka masih belum jelas akan menceritakan tentang apa. Hanya
pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan. Konflik yang
seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah
disinggung sambil lalu saja. Pengakhiran konflik pun dibuat sekedarnya.
Tahu-tahu sudah penyelesaian. Padahal inti dari cerpen adalah konflik itu
sendiri. Jadi jangan sampai pembukaan cerpen menyamai apalagi sampai menelan
konflik tersebut.”
V. Agar
Sebuah Cerpen Memiliki Daya Pikat
Agar cerpen
ada memikat pembaca, trik-trik berikut ini bisa dipertimbangkan baik-baik:
- Carilah ide cerita yang menarik dan tidak klise. Mengulang ide cerita semisal “Bawang Merah dan Bawang Putih” adalah pilihan yang kurang tepat, karena akan tampak sangat klise dan menjadi tidak menarik pembaca.
- Buatlah lead, paragraf awal dan kalimat penutup cerita yang semenarik mungkin. Alinea awal dan alinea akhir sangat mementukan keberhasilan sebuah cerpen. Alinea awal berfungsi menggiring pembaca untuk menelusuri dan masuk dalam cerita yang dibacanya. Sedangkan kalimat akhir adalah kunci kesan yang disampaikan pengarang. Kunci kesan ini sangat penting, karena cerpen yang memberikan kesan yang mendalam di hati pembacanya, akan selalu dikenang.
- Buat judul cerita yang bagus dan menarik. Sebagaimana buku, cerita yang bagus tidak semuanya dibaca orang. Salah satu penyebabnya adalah kalimat pembuka yang buruk dan judul yang mati, tidak menggugah rasa ingin tahu pembacanya. M. Fauzil Adhim dalam bukunya Dunia Kata menjelaskan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan dalam menulis judul; Pertama, judul sebaiknya singkat dan mudah diingat. Kedua, judul harus mudah diucapkan. Dan yang ketiga, kuat maknanya.
- Perhatikan teknik penceritaan. Teknik yang digunakan pengarang menyangkut penokohan, penyusunan konflik. pembangunan tegangan dan penyajian cerita secara utuh. Jangan sampai pembaca sudah jenuh di awal cerita. Untuk menghindari kejenuhan pembaca di awal cerita bisa kita gunakan teknik:
- in medias res (memulai cerita dari tengah)
- flash back (sorot balik, penyelaan kronologis)
Anton Chekov menyarankan : “Lipat dualah halaman pertama
cerpenmu, lalu robek dua dan buang sobekan yang sebelah atas.”
- Buatlah suspense, kejutan-kejutan yang muncul tiba-tiba (bedakan dengan faktor kebetulan), jangan terjebak pada cerita yang bertele-tele dan mudah ditebak.
- Cerpen harus mengandung kebenaran, keterharuan dan keindahan. Elizabeth Jolley, mengatakan, “Saya berhati-hati agar tidak membuat kesalahan. Sungai saya tidak pernah mengalir ke hulu.” Gabriel Garcia Marquez, sastrawan besar dari Kolumbia yang meraih novel itu berkata, “Pujian terbesar untuk karya saya tertuju kepada imajinasi, padahal tidak satu pun baris dalam semua karya saya yang tidak berpijak pada kenyataan.”
- Ingat bahwa setiap pengarang mempunyai gaya khas. Pakailah gaya sendiri, jangan meniru. Gunakan bahasa yang komunikatif. Hindari gaya berlebihan dan kata-kata yang terlalu muluk.
- Perhatikan setiap tanda baca dan aturan berbahasa yang baik, tetapi tetap tidak kaku. Jangan bosan untuk membaca dan mengedit ulang cerpen yang telah anda selesaikan.
Akhirnya,
saat Anda berniat menggoreskan pena menulis cerpen ingatlah pesan J.K. Rowling,
siapa tahu ada manfaatnya, Mulailah menulis apa saja yang kamu tahu. Menulislah
tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. Lalu saat menulis cerpen ingat
pesan Edgar Allan Poe, agar cerpenmu berbobot, Dalam cerpen tak boleh ada satu
kata pun yang terbuang percuma, harus punya fungsi, tujuan dalam komposisi
keseluruhan.
Begitulah
tadi tutorial tentang Cara Membuat Cerpen Yang Baik dan Benar Terbaru
Februari 2014, sepertinya setelah membaca lengkap artikel di atas ini
sahabat Diary Remaja akan dapat membuat sebuah cerita pendek yang sangat luar
biasa. Walaupun perlu latihan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, jangan
putus asa dan teruslah berlatih agar menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar